Senin, 3 Juni 2019 Tim Hisab Rukyat Pekalongan mengadakan rukyatul hilal untuk penentuan awal syawal 1440 H di Pos Observasi Bulan (POB) IAIN Pekalongan. Tepatnya di kampus 2 Fakultas Tarbiyah lantai 4 gedung lama. Kegiatan ini dilaksanakan rutin tiap tahun, yakni setiap tanggal 29 bulan kamariyah.
Secara teori, tinggi hilal akhir Ramadhan kali ini tidak mungkin untuk diamati di daerah Indonesia. Oleh karennya, beberapa tim falakiyah di beberapa daerah tidak hanya melaksanakan rukyatul hilal hanya pada tanggal 3 Juni saja, melainkan tanggal 4 Juni. Seperti POB Lhoksumawe Aceh, BMKG Manado, dan beberapa lainnya. Adapun di POB IAIN Pekalongan hanya melaksanakan pada hari itu saja, yakni 3 Juni 2019.
Sebagai alat bantu observasi, POB IAIN Pekalongan telah menyiapkan 4 instrumen bantu, yakni dua teodolit dan dua teleskop yang dipasang berbjejer di lantai 4 gedung tarbiyah. Sebelumnya panitia telah menyetting kondisi alat agar sesuai dengan keberadaan hilal ketika Matahari terbenam atau pas waktu maghrib.
Acara tahunan ini diikuti oleh delegasi pengadilan Agama sebagai sidang isbat terkait hasil rukyah, pondok pesantren, PCNU Kota Pekalongan maupun Kab. Pekalongan, Ormas seperti al-Irsyad yang kebetulan turut hadir, mahasiswa dan masyarakat sekitar. Seperti biasa beliau Muslich Husein pakar falak di IAIN Pekalongan menjadi pemandu utama proses rukyatul hilal.
Penulis adalah mahasiswa S2 Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang turut berpartisipasi dalam acara tersebut. sekitar pukul 16.53 WIB yang berbarengan dengan hadirnya pak Muslich Husein, sekilas penulis amati kondisi langit dalam keadaan mendung (awan tebal di langit bagian barat) sehingga jam tersebut pun matahari sudah tidak terlihat. Penulis mencoba dating lebih awal sehingga isa mengikuti rangkaian acara secara penuh.
Panitia memulai acara sekitar pukul 17.08 WIB kemudian penyampaian sambutan oleh beberapa narasumber. Tercatat ada dari perwakilan Kemenag Kota Pekalongan, Perwakilan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum IAIN oleh pak Sam’ani dan narasumber utama pak Muslich Husein. Pak Mahmud Yahya menyampaikan bahwa kegiatan rukyatul hilal memang dilakukan pasti tanggal 29, tapi belum tentu lebaran bisa dilaksanakan besoknya. Sekilas beliau juga berharap ada langkah persatuan agar hari raya bisa bareng.
Pak Sam’ani sebagai perwakilan institusi kampus mengatakan dan menghimbau kepada peserta untuk tetap mengikuti rangkaian demi rangkaian acara sebagai bentuk ta’abud kita kepada Sang Kuasa melalui pesan Rasul-Nya, yaitu melaksanakan rukyatul hilal untuk penentuan awal Syawal. Serta sebagai wawasan kita sebagai umat muslim terkait awal bulan kamariyah.
Terakhir sambutan dari pak Muslich Husein yang juga langsung berlanjut pada rukyatul hilal. Beliau memulai dengan mengutip hadis Nabi yang disampaikan oleh At-Thobroni.
ان خيار عباد الله الذين يرائون الشمس لذكر الله.
Sesungguhnya hamba pilihan Allah adalah mereka yang memperhatikan Matahari untuk mengingat Allah.
Rukyatul hilal memang merupakan acara mengamati benda-benda langit, dalam hal ini kita mengamati hilal dan matahari. Dari hasil ini tidak lain untuk melaksanakan ibadah umat muslim, yakni solat idul fitri. Tapi karena keadaan hilal yang secara teori sudah wujud hanya 0 derajat sekian menit, maka bisa dipastikan Pekalongan tidak bisa melihat hilal bahkan seluruh Indonesia, sehingga puasa kali ini harus istikmal. Artinya umat muslim melaksanakan salat idul fitri pada tanggal 5 Juni 2019.
Sekilas data koordinat POB IAIN Pekalongan dan hasil hisab akhir Ramadhan 1440 H. Lintang tempat -060 51’ 53’’ LS, Bujur 1090 40’ 34’’ BT, Tinggi tempat 15 meter dari permukaan air laut, Terbenam Matahari 17:32:14,77 WIB, Tinggi Hilal hakiki 000 03’ 07,09’’ dan tinggi Hilal mar’I 000 1’ 26,08’’
Secara teori, tinggi hilal akhir Ramadhan kali ini tidak mungkin untuk diamati di daerah Indonesia. Oleh karennya, beberapa tim falakiyah di beberapa daerah tidak hanya melaksanakan rukyatul hilal hanya pada tanggal 3 Juni saja, melainkan tanggal 4 Juni. Seperti POB Lhoksumawe Aceh, BMKG Manado, dan beberapa lainnya. Adapun di POB IAIN Pekalongan hanya melaksanakan pada hari itu saja, yakni 3 Juni 2019.
Sebagai alat bantu observasi, POB IAIN Pekalongan telah menyiapkan 4 instrumen bantu, yakni dua teodolit dan dua teleskop yang dipasang berbjejer di lantai 4 gedung tarbiyah. Sebelumnya panitia telah menyetting kondisi alat agar sesuai dengan keberadaan hilal ketika Matahari terbenam atau pas waktu maghrib.
Acara tahunan ini diikuti oleh delegasi pengadilan Agama sebagai sidang isbat terkait hasil rukyah, pondok pesantren, PCNU Kota Pekalongan maupun Kab. Pekalongan, Ormas seperti al-Irsyad yang kebetulan turut hadir, mahasiswa dan masyarakat sekitar. Seperti biasa beliau Muslich Husein pakar falak di IAIN Pekalongan menjadi pemandu utama proses rukyatul hilal.
Penulis adalah mahasiswa S2 Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang turut berpartisipasi dalam acara tersebut. sekitar pukul 16.53 WIB yang berbarengan dengan hadirnya pak Muslich Husein, sekilas penulis amati kondisi langit dalam keadaan mendung (awan tebal di langit bagian barat) sehingga jam tersebut pun matahari sudah tidak terlihat. Penulis mencoba dating lebih awal sehingga isa mengikuti rangkaian acara secara penuh.
Panitia memulai acara sekitar pukul 17.08 WIB kemudian penyampaian sambutan oleh beberapa narasumber. Tercatat ada dari perwakilan Kemenag Kota Pekalongan, Perwakilan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum IAIN oleh pak Sam’ani dan narasumber utama pak Muslich Husein. Pak Mahmud Yahya menyampaikan bahwa kegiatan rukyatul hilal memang dilakukan pasti tanggal 29, tapi belum tentu lebaran bisa dilaksanakan besoknya. Sekilas beliau juga berharap ada langkah persatuan agar hari raya bisa bareng.
Pak Sam’ani sebagai perwakilan institusi kampus mengatakan dan menghimbau kepada peserta untuk tetap mengikuti rangkaian demi rangkaian acara sebagai bentuk ta’abud kita kepada Sang Kuasa melalui pesan Rasul-Nya, yaitu melaksanakan rukyatul hilal untuk penentuan awal Syawal. Serta sebagai wawasan kita sebagai umat muslim terkait awal bulan kamariyah.
Terakhir sambutan dari pak Muslich Husein yang juga langsung berlanjut pada rukyatul hilal. Beliau memulai dengan mengutip hadis Nabi yang disampaikan oleh At-Thobroni.
ان خيار عباد الله الذين يرائون الشمس لذكر الله.
Sesungguhnya hamba pilihan Allah adalah mereka yang memperhatikan Matahari untuk mengingat Allah.
Rukyatul hilal memang merupakan acara mengamati benda-benda langit, dalam hal ini kita mengamati hilal dan matahari. Dari hasil ini tidak lain untuk melaksanakan ibadah umat muslim, yakni solat idul fitri. Tapi karena keadaan hilal yang secara teori sudah wujud hanya 0 derajat sekian menit, maka bisa dipastikan Pekalongan tidak bisa melihat hilal bahkan seluruh Indonesia, sehingga puasa kali ini harus istikmal. Artinya umat muslim melaksanakan salat idul fitri pada tanggal 5 Juni 2019.
Sekilas data koordinat POB IAIN Pekalongan dan hasil hisab akhir Ramadhan 1440 H. Lintang tempat -060 51’ 53’’ LS, Bujur 1090 40’ 34’’ BT, Tinggi tempat 15 meter dari permukaan air laut, Terbenam Matahari 17:32:14,77 WIB, Tinggi Hilal hakiki 000 03’ 07,09’’ dan tinggi Hilal mar’I 000 1’ 26,08’’